12 Februari 2012...

Ini adalah hari yang dalam rencanaku dan dia, beberapa tahun lalu, menjadi hari yang sangat tidak biasa. Saat itu, dalam khayalku, hari ini aku dan dia akan duduk berdampingan, mengucap janji bersama untuk saling menjaga seumur hidup, mengikrarkan kesungguhan kami dalam membentuk suatu keluarga kecil kami yang baru. Aku dan dia.

Saat harap itu terucap beberapa tahun yang lalu, aku yang masih duduk di bangku kuliah sebagai mahasiswi, dan dia yang masih ‘baru’ dalam pekerjaan yang dia geluti, ‘mencatat’ hari ini sebagai hari yang membahagiakan itu.

Hari berlalu… bulan, hingga tahun… hingga akhirnya tibalah hari ini. Sekarang aku sedang duduk di depan laptopku, dengan pakaian piyama belelku, dengan dia yang sedang beraktivitas bersama keluarga besarnya di luar pulau sana.

Sedih, iya. Jujur. Mengapa? Karena harapan dan mimpi kami itu belum terwujud sekarang. Ternyata, mewujudkan harapan dan mimpi itu tidak simple. Ternyata, dalam prosesnya, banyak yang aku dan dia alami, hadapi... dan pelajari. Bahwa untuk membangun suatu keluarga baru, tidak hanya berbicara tentang aku dan dia. Tapi tentang aku dan dia… keluargaku dan keluarganya… hidupku dan hidupnya. Untuk menyatukan kesemuanya, ternyata tidak sesimple yang kami bayangkan saat itu.

Dalam prosesnya selama ini, aku berjuang untuk segera lulus kuliah. Aku berjuang untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Dia pun disana berjuang untuk belajar menjadi seorang pemimpin, mencoba memapankan dirinya… dan diriku.

Ternyata prosesnya tidak mudah. Kadang melelahkan. Namun satu hal yang pasti terasa, sesungguhnya proses ini indah.

Ketika aku dan dia berjuang bersama untuk mewujudkan harapan dan mimpi kami, yang seringkali terasa berat dan menyakitkan, hati kami tetap saling berpegangan. Ya, dengan hubungan kami yang disebut LDR (Long Distance Relationship) dan hanya bertemu beberapa bulan sekali, terkadang memperberat situasi. Tetapi, selalu, beberapa saat kemudian, kami sadar. Pilihan kami, dan hati kami yang telah menentukan untuk memilih jalan ini… menjalankan hubungan yang mungkin kata orang ‘sulit’ ini dengan terus memegang erat harapan dan mimpi yang kami miliki.

Disaat aku merasa butuh sandaran, dia, yang mungkin secara fisik saat itu tidak sedang bersamaku, selalu berusaha menjadi penopangku. Aku, yang terkadang manja dan menyebalkan baginya, juga berusaha untuk menjadi sandaran baginya.

Kami berbagi. Suka dan duka. Walau ada jarak dengan adanya perbedaan pulau tempat kami tinggal. Tapi kami mencoba, berusaha, dan berdoa agar harapan dan mimpi kami itu terwujud. 

Mungkin hari ini, tanggal 12 Februari 2012, aku belum menjadi pengantinnya… dan dia belum menjadi pengantinku. Ya… kami memang masih harus berjuang untuk bisa bersama. Ada proses yang masih harus kami lalui. Perjuangan, usaha dan doa… adalah hal yang harus kami lakukan.

Ya Allah, mungkin harapan dan mimpi kami sekarang belum terwujud. Namun kami akan selalu berusaha dan berdoa… untuk menghapus kata ‘belum’ itu. Kami akan berusaha mewujudkan harapan dan mimpi kami untuk bersama dalam satu keluarga kecil kami. Bismillah…



Notes: 
Sebuah catatan nyata, tentangku… dan tentangnya. Dia adalah Ersa Yusfiyandi…



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS